STROKE
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
Stroke
Stroke
adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau
terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Stroke juga bisa diartikan sebagai
gejala–gejala defisit fungsi susunan saraf yang di akibatkan penyakit pembuluh
darah otak dan bukan oleh lainnya” (M. Adib, 2009). WHO mendefinisikan bahwa
stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. “Sekitar
28,5% penderita stroke di Indonesia meninggal dunia”. Di kabupaten indragiri
hulu tahun 2014 tercatat ada 218 orang yang terkena penyakit stroke“Penelitian
menunjukan, stroke menyerang pria 30% lebih tinggi ketimbang wanita.(WHO,2008)
ini berdasarkan fakta: setiap tahun di AmerikaSerikat ada sekitar 15 ribu pria
di bawah usia 45 tahun terkena stroke”.Penyakit Stroke merupakan salah satu
penyakit yang sungguh mengerikan dan menjadi penyebab kematian no 3 di
Indonesia setelah penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kanker. Serangan
stroke selalu datang mendadak tanpa tanda-tanda pasti. Stroke adalah penyakit
serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan
otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen
ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.Masyarakat luas cenderung
menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter justru menyebutnya
sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah jantung(kardiovsacular)
yang bermasalah, penyakit jantung, atau keduanya, secara bersamaan. Stroke
merupakan manifestasi gangguan saraf umum yang mendadak dalam waktu yang
singkat, yang diakibatkan gangguan aliran darah ke otak mengalami
penyumbatan(ischemic stroke) atau pendarahan (hemorrhagic stroke).Dengan kata
lain, “menurut cara terjadinya, ada dua macam stroke, yakni stroke hemoragik
dan stroke iskemik” (MisbachdalamM. Adib,2009).
Stroke iskemik meliputi kurang lebih 88% dari semua
stroke. Stroke jenis ini terjadi ketika aliran darah keotak secara tiba–tiba
terhambat. Hambatan mendadak inimengakibatkan sel-sel dan jaringan otak mati
karena tidak lagi menerima oksigen dan bahkan makanan dari darah(MisbachdalamM.
Adib,2009). “Stroke hemoragik terjadiketika pembuluhdarah di otak pecah”.
Pecahnya pembuluh darah mengakibatkan darah mengalir ke rongga sekitar jaringan
otak. Karena tidak menerima oksigen dan bahan makanan dari darah, sel–sel dan
jaringan otak pun akan mati. “Kematian jaringan otak akan terjadi dalam waktu 4
sampai 10 menit setelah penyediaan darah terhenti”(Prof. Dr. Jusuf MisbachSpS
(K) dalamM. adib,2009)
B. Epidemiologi Stroke
Pada 1053 kasus stroke angka kematian
tercatat sebesar 28.3%; sedangkan pada 780 kasus stroke iskemik adalah
20,4%, lebih banyak pada laki-laki. Mortalitas pasien menduduki peringkat
ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker, 51,58% akibat stroke hemoragik,
47,37% akibat stroke iskemik, dan 1,05% akibat perdarahan subaraknoid
(Lamsudin, 1998). Penelitian prospektif tahun 1996/1997 mendapatkan 2.065
pasien stroke dari 28 rumah sakit di Indonesia (Misbach, 2000). Survei Departemen Kesehatan RI
pada 987.subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 propinsi mendapatkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian utama pada usia > 45 tahun (15,4% dari
seluruh kematian). Prevalensi stroke rata-rata adalah 0,8%, tertinggi
1,66% di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah 0,38% di Papua (RISKESDAS, 2007).
sejak berdirinya pada tahun 2004, terlihat peningkatan jumlah kasus terutama stroke
iskemik akut (Laporan Tahunan Unit Stroke, 2009).
C.
Patofisiologi
1. Infark
Stroke infarct terjadi akibat kurangnya
aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak normalnya adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per menit; jika turun hingga
18 mL/100 gram jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron akan terhenti
meskipun struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika
aliran darah ke otak turun sampai <10 mL/100 gram jaringan otak per menit, akan
terjadi rangkaian perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel
membentuk daerah infark.
2. Perdarahan
Intraserebral
Kira-kira
10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral. Hipertensi,
khususnya yang tidak terkontrol, merupakan penyebab utama. Penyebab lain adalah
pecahnya aneurisma, malformasi arterivena, angioma kavernosa, alkoholisme,
diskrasia darah, terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid.
3. Perdarahan
Subaraknoid
Sebagian
besar kasus disebabkan oleh pecahnya aneurisma pada percabangan arteri-arteri besar. Penyebab lain adalah malformasi
arterivena atau tumor.
D.
Tanda
dan Gejala
1. Serangan
stroke jenis apa pun akan menimbulkan defisit neurologis yang bersifat
akut (De Freitas et al.,
2009)Tanda dan gejala stroke (De Freitas et al., 2009)
2. kehilangan keseimbangan.
3. mengalami kelumpuhan pada wajah.
4. penglihatan kabur.
5. kebingungan mendadak. pusing kepala secara tiba tiba. lumpuh pada sebelah tangan dan kaki. kelumpuhan pada mulut. kehilangan kesadaran
secara tiba tiba.
E.
Komplikasi
Stroke
dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lainnya atau komplikasi,
dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat membahayakan nyawa si penderita. Selain kematian, komplikasi stroke meliputi:
1. Aritmia
(detak jantung tidak beraturan) dan infark miokardial (kematian sel-sel
jantung)
2.
Pneumonia dan edema paru
4. Trombosis
vena
5. Infeksi
saluran kencing, tidak dapat menahan kencing (inkontinensia urine), dan tidak
dapat melakukan kegiatan seksual (disfungsi seksual)
6. Perdarahan
di saluran cerna
7. Mudah
jatuh sehingga mengalami patah tulang
8. Depresi
F.
Penatalaksanaan
1. STADIUM
HIPERAKUT
Tindakan pada stadium ini dilakukan di
Instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan
jaringan otak tidak meluas. Pada stadium
ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari
pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT
scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan
jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah
(termasuk elektrolit);jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan
lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien
serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
2.
STADIUM AKUT
Pada
stadium ini, dilakukan penanganan faktorfaktor etiologik maupun penyulit. Juga
dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah
sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga
pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga
serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.
3.
Stroke Iskemik
a.
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisitidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik
sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit
sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi.
Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika
kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang
nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3
hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg%
dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan
harus dicari penyebabnya.Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan
pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure
(MAP) ≥ 130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium
nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis
kalsium.Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan
500 mL selama 8 jam atau sampai
hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik
masih < 90 mmHg, dapat diberi
dopamin 2-20 μg/kg/menit
sampai tekanan darah sistolik ≥
110 mmHg. Jika kejang,
diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian
antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol
bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena
rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit
setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320
mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau
furosemid.
b.
Terapi khusus:
Ditujukan
untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan
dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen
neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
Stroke Hemoragik
a.
Terapi umum
Pasien
stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30mL,
perdarahan intraventrikuler dengan
hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus
diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik
>180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah. Bila terdapat gagal jantung,tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian
dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan
intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di
satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35
mmHg).Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak
lambung diatasi dengan antagonis
H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas
dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.
b.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat
vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu
pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum
berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan
subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah
(ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya
adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation,
AVM).
G. Pencegahan Stroke
Menurut
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan
untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
1.
Pencegahan Primer
Tujuan
pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat
bebas stroke, antara lain:
b.
Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan,
konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan
sejenisnya.
c.
Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam
makanan. Mengendalikan:
Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark miokard
akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular aterosklerotik lainnya.
d.
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang
seperti, makan banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna,
minimalkan junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah
lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga
secara teratur.
2.
Pencegahan Sekunder
a.
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang
pernah menderita stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap
penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang
dilakukan adalah:
b.
Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam
asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama
dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada
penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark
miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
c.
Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg.
Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila pasien
tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal (aspirin).
d.
Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko
stroke, misalnya mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita
hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah
lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia,
berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan
dan kurang gerak.
3.
Pencegahan Tertier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah
menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan
mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi
fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri
dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli
okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga
a.
Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi
yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan
yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah
gerakan dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri,
berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi
yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT),
diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang
ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan
penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
b.
Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke
mengalami masalah emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya
reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah
emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi
untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan
terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi
klinis.
c.
Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita
stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup,
hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas
sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan
badan-badan bantuan sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Bruno A, Kaelin
DL, Yilmaz EY. The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke onset.
In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. 2000. pp. 53-87.
2. Cohen SN. The
subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen SN. Management
of Ischemic Stroke. Mc Graw Hill. 2000. pp. 89-109.
3. Currie CJ,
Morgan CL, Gill L, Stott NCH, Peters A. Epidemiology and costs of acute
hospital care for cerebrovascular disease in diabetic and non diabetic
populations. Stroke
1997;28: 1142-6.
4. De Freitas GR,
Christoph DDH, Bogousslavsky J. Topographic classification of ischemic stroke,
in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical Neurology, Vol. 93 (3rd series).
Elsevier BV, 2009.
5. Hacke W, Kaste
M, Bogousslavsky J, Brainin M, Chamorro A, Lees K et al.. Ischemic Stroke
Prophylaxis and Treatment - European Stroke Initiative Recommendations 2003.
6. Lamsudin R.
Stroke profile in Yogyakarta: morbidity, mortality, and risk factor of stroke.
In: Lamsudin R, Wibowo S, Nuradyo D, Sutarni S. (eds). Recent Management of
Stroke.
BKM 1998; Suppl
XIV: 53-69.
7. Misbach J.
Clinical pattern of hospitalized strokes in 28 hospitals in Indonesia. Med J
Indonesia 2000; 9: 29-34.
8. PERDOSSI.
Pedoman penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI), 2007
9. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
10. Toole JF. Cerebrovascular
Disorder. 4th ed. Raven
Tidak ada komentar:
Posting Komentar